This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Mengasah Samurai dalam Kreatifitas Mahasiswa

Oleh : Winda Sriana
          Secara harfiah, ’mahasiswa’ terdiri dari dua kata, yaitu ’maha’ yang berarti tinggi dan ’siswa’ yang menurut Bobbi de Porter berarti subyek pembelajar. Jadi dari segi bahasa ’mahasiswa’ diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/universitas.
Tetapi jika mahasiswa diartikan sebagai subyek pembelajar saja, sangatlah sempit pemikiran kita, karena mahasiswa juga memiliki peran-fungsinya. Mahasiswa adalah pembelajar yang tidak cuma duduk di bangku kuliah, mendengarkan kuliah dosen, mengerjakan tugas, pulang, kemudian mengikuti ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Lalu mengajukan Tugas Akhir dan akhirnya lulus. Namun mahasiswa dituntut untuk menjadi pelopor perjuangan dan ikon pembaharu yang tanggap terhadap permasalahan sosial dan negara.
 


Menurut Al Ghazali, ilmiah (berasal dari bahasa arab ‘ilmy) dimaknai sebagai suatu kebenaran aqly (bersifat akal) yang lebih tinggi sifatnya dari dua tingkat pengetahuan dibawahnya. Dua pengetahuan di bawahnya yaitu pertama adalah pengetahuan taklidy (otoriter, bersifat pedagogis). Tingkat pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan inderawi, yaitu pengetahuan yang dapat dijelaskan dengan bantuan/pembuktian panca indera.
 Kampus yang Ilmiah adalah adalah kampus yang dalam segala halnya lebih mengedepankan pemahaman/pengertian yang objektif tentang sesuatu hal yang bersifat logis (dapat diterima oleh akal/rasio/penalaran/pikiran).
Apalagi saat ini berbondong-bondong lulusan SMA sederajat berperang untuk dapat lulus ke universitas yang ia dambakan. Segala jalur ia tempuh, baik melalui SNMPTN, UMB, Bidik Misi, Ekstensi dan lainnya. Tahun demi tahun masyarakat kita sadar bahwa pendidikan yang lebih tinggi saat ini sangat di tuntut agar ia menjadi orang yang sukses. Apalagi rumor bahwa lulusan SMA tidak laku dijual di perusahaan yang membutuhkan tenaga di perusahaannya. Muncullah semangat di tengah masyarakat yang mampu hingga tidak mampu memaksakan diri agar anaknya harus menjadi sarjana hingga menjadi orang yang dapat mengubah nasib keluarga.  Dari hal itu dapat kita lihat peningkatan jumlah peserta ujian masuk perguruan tinggi semakin melejit ke atas. Dan di tambah lagi banyaknya akademi-akademi yang membuka program D1 hingga S1 yang lokasi kegiatan belajarnya di ruko-ruko pinggir jalan kota Medan.
 Hal  itu pula akan melahirkan sarjana-sarjana muda yang belum tahu apakah ia siap atau tidak untuk langsung terjun ke lapangan. Persaingan yang semakin ketat di tambah kurangnya pengalaman dan Kreatifitas yang dimiliki membuat mereka kalah dalam pertarungan selanjutnya. Dari itu mahasiswa seharusnya menunjukkan kreatifitas sebagai seorang mahasiswa. Dan bagi mahasiswa baru yang akan mengganti gelarnya dari siswa menjadi mahasiswa harus bersiap-siap menjadi seorang yang berbeda, sebab sesungguhnya kehidupan siswa dengan mahasiswa sungguh sangat berbeda tuntutannya.
Kemuliaan dan kegunaan seseorang tidak dapat disimpulkan apa yang sedang dia kerjakan saja, tetapi juga dari apa yang dia harapkan di masa depan. Begitulah seumpama seorang mahasiswa, apabila ia meyakini bahwa dirinya penting dan berguna, dan keyakinan itu telah berakar ke dalam jiwa, hati, dan ruh mahasiswa. Maka  mereka selalu mencurahkan kemampuan terbaik, serta pada saat itulah panji harapan, masa depan, dan cita-cita dapat dikibarkan, karena generasi para pengukir kesuksesan telah siap ke lapangan.
Mahasiswa selalu dipandang  dengan kaum berpendidikan, intelektual, dan kompeten. Sebagai salah satu elemen elite masyarakat, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar pintar, namun juga peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, karakteristik mahasiswa yang berjiwa dinamis, keratif, serta inovatif juga menjadi gambaran mahasiswa idaman.
Dalam khazanah kegiatan mahasiswa, jarang  ditemui mahasiswa yang intelek sekaligus kreatif. Banyak mahasiswa yang hanya pintar dalam bidang akademis, tetapi tidak mampu menciptakan sesuatu yang baru sebagai aplikasi dari apa yang sudah diperolehnya selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Maka tidak mengherankan kalau perguruan tinggi (PT) yang setiap tahunnya melahirkan sarjana-sarjana ber-IPK di atas 3,0 namun tak dapat berkompetisi di lapangan. Ini dapat dilihat dengan semakin bertambahnya jumlah pengangguran dari kalangan sarjana. Mereka tidak mampu bersaing untuk mendapatkan tempat pekerjaan. Dari itulah perlunya mencetak mahasiswa untuk mampu menjadi mahasiswa yang tidak hanya 3DP (Datang Duduk Diam Pulang) atau sebutan lainnya yaitu mahasiswa 5K (Kos, Kampus, Kelas, Kantin, Kampung).
 Timbulnya masalah-masalah yang muncul kepermukaan dalam kehidupan mahasiswa, seharusnya mahasiswa mendobrak suatu ide untuk memecahkan masalah apa yang telah muncul. Nah disinilah suatu keharusan bahwa mahasiswa haruslah kreatif.  Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap sesuatu. Ia selalu memiliki gagasan atau ide-ide baru yang menarik. Di tangannya, sebuah kertas polos yang amat sederhana pun dapat di sulap menjadi sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai jual.

Kreatifitas Mahasiswa Ada Pada Penanya
           
Kreatifitas mahasiswa ada di pena mahasiswa. Ungkapan ini dimaksudkan, kreatifitas mahasiswa dapat disalurkan dengan menulis. Mahasiwa dituntut untuk menulis, menyampaikan ide-ide atau gagasannya dalam observasi di lingkungannya. Dengan menulis ia dapat mengembangkan suatu pemecahan masalah yang mungkin belum terpikirkan oleh seseorang.
            Telah kita lihat beberapa kreatifitas itu sudah mengakar beberapa mahasiswa di kota Medan, mereka mengukir nama mereka dengan menyampaikan opini dan artikelnya dibeberapa surat kabar. Dengan begitu mereka sebenarnya sudah memberikan sumbangan kepada masyarakat bahwa mahasiswa tidak diam bila ada masalah yang terjadi di Negara ini. 
Dalam penyaluran kretifitas mahasiswa, Setiap Universitas telah menyediakan sarana Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berfungsi sebagai penampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa, pelaksanaan kegiatan mahasiswa, komunikasi antar mahasiswa, pengembangan potensi jati diri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuan dan intelektual yang berguna di masa depan (diambil dari buku pedoman tahun akademik 2010-2011 Unimed). Dengan mengikuti kegiatan organisasi dilingkungan akademik, mahasiswa tidak hanya mendapatkan sarana tetapi juga keluarga baru. Dalam suatu organisasi biasanya membentuk suatu komitmen yaitu organisasi adalah keluarga kedua setelah keluarga satu darah daging. Hal lain, tumbuhnya benih-benih kasih sayang antar setiap anggota. Saling memiliki dan menyayangi menjadi dasar kekerabatan serta saling memotivasi di setiap anggota kelompok.
 Tentulah munculnya fenomena ini memperlihatkan adanya kebangkitan kreatifitas pada mahasiswa. Kesadaran akan betapa berharga dan bermanfaatnya perbedaan yang ada antar individu, kelompok, dan golongan lalu bekerja berdasarkan perbedaan tersebut untuk memperkaya dan memperindah kehidupan, serta mengukuhkan rasa saling mempercayai dan saling menolong. Fungsi  lain organisasi adalah tempat suka dan duka mahasiswa, manusia seringkali mengalami krisis mental, sehingga membutuhkan orang lain sebagai tempat untuk mencurahkan kedukaan dan keluh kesahnya. Apalagi adanya sekelompok orang petinggi di seputar kampus telah mengapresiasi secara positif hingga mereka secara konsisten melakukan aktifitas kelompok. Tidak hanya membangun kekerabatan dan kasih sayang saja, tapi juga menciptakan sebuah prestasi dan  membanggakan kampus di masyarakat luar, serta membangkitkan sebuah nama atau logo universitas untuk menjadi universitas favorit di lingkungan masyarakat.
Mahasiswa juga merupakan aset negara  dimana mahasiswa adalah kader-kader bangsa yang harus dibina dan dikembangkan potensinya dalam melanjutkan pembangunan nasional. Kuliah sambil bekerja juga merupakan ikon terbaru dikalangan mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan kemandirian dan kreatifitas. Sudah banyak mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dengan berwirausaha dikalangan kampus atau di luar kampus yang biasa disebut dunia bisnis, atau menjadi tenaga kerja part-time.  Mahasiswa juga harus jeli menangkap peluang yang ada di sekitarnya agar dapat mengembangkan keterampilan (life skill) yang dimilikinya.


            Mahasiswa Juga Berpikir Untuk Menjadi Pengusaha

 Bagi seorang mahasiswa, mengenal dunia bisnis akan semakin mengasah mental bisnisnya serta semakin jeli melihat peluang-peluang yang ada di sekitarnya. Mahasiswa yang kreatif, akan lebih memilih berfikir dengan memaksimalkan fungsi otak, guna meraih apa yang diinginkannya. Mengenal dunia kerja lebih dini juga membuat mahasiswa mampu berkompetisi saat berada pada kenyataan di lapangan. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan mempermudah mereka menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang. Kreatifitas yang akan lahir dari keterampilan itu juga akan semakin lengkap, dengan demikian masalah pengangguran yang selalu dialami oleh para sarjana-sarjana muda, karena sedikitnya lahan pekerjaan. Sebab, mereka sudah mampu melirik peluang bisnis untuk menciptakan lapangan baru. Karakter tidak bisa dengan diam-diam, hanya melalui cobaan dan penderitaanlah jiwa bisa di perkuat, visi diperjelas, ambisi di bangkitkan dan kesuksesan diraih (Hellen Keller).

           Namun demikian setiap mahasiswa haruslah memupuk suatu visi masa depan hidupnya yang telah terpatri didada, maka dengan demikian visi itu akan mengalir bersama darahnya dan membuatnya memiliki cakrawala yang luas. Sebab kekuatan visi adalah kekuatan yang luar biasa. Sebagai kesimpulan, apabila mahasiswa tidak memiliki pandangan yang menembus masa depan, maka akan banyak kehilangan kemampuan. Tubuh dan akal kita telah dijalari virus-virus yang mematikan, sehingga hanya dapat berpikir bagaimana caranya menebar benih pada hari ini, memanennya esok hari, dan memakannya esok lusa. Sehingga sebagai mahasiswa harus mampu berpikir dan memprediksi semua kemungkinan yang akan terjadi pada masa depannya dan lingkungan sekitarnya.
          Kehidupan Masyarakat Ilmiah

Menurut Al Ghazali, ilmiah (berasal dari bahasa arab ‘ilmy) dimaknai sebagai suatu kebenaran aqly (bersifat akal) yang lebih tinggi sifatnya dari dua tingkat pengetahuan dibawahnya. Dua pengetahuan di bawahnya yaitu pertama adalah pengetahuan taklidy (otoriter, bersifat pedagogis). Tingkat pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan inderawi, yaitu pengetahuan yang dapat dijelaskan dengan bantuan/pembuktian panca indera.
 Kampus yang Ilmiah adalah adalah kampus yang dalam segala halnya lebih mengedepankan pemahaman/pengertian yang objektif tentang sesuatu hal yang bersifat logis (dapat diterima oleh akal/rasio/penalaran/pikiran).
Apalagi saat ini berbondong-bondong lulusan SMA sederajat berperang untuk dapat lulus ke universitas yang ia dambakan. Segala jalur ia tempuh, baik melalui SNMPTN, UMB, Bidik Misi, Ekstensi dan lainnya. Tahun demi tahun masyarakat kita sadar bahwa pendidikan yang lebih tinggi saat ini sangat di tuntut agar ia menjadi orang yang sukses. Apalagi rumor bahwa lulusan SMA tidak laku dijual di perusahaan yang membutuhkan tenaga di perusahaannya. Muncullah semangat di tengah masyarakat yang mampu hingga tidak mampu memaksakan diri agar anaknya harus menjadi sarjana hingga menjadi orang yang dapat mengubah nasib keluarga.  Dari hal itu dapat kita lihat peningkatan jumlah peserta ujian masuk perguruan tinggi semakin melejit ke atas. Dan di tambah lagi banyaknya akademi-akademi yang membuka program D1 hingga S1 yang lokasi kegiatan belajarnya di ruko-ruko pinggir jalan kota Medan.
 Hal  itu pula akan melahirkan sarjana-sarjana muda yang belum tahu apakah ia siap atau tidak untuk langsung terjun ke lapangan. Persaingan yang semakin ketat di tambah kurangnya pengalaman dan Kreatifitas yang dimiliki membuat mereka kalah dalam pertarungan selanjutnya. Dari itu mahasiswa seharusnya menunjukkan kreatifitas sebagai seorang mahasiswa. Dan bagi mahasiswa baru yang akan mengganti gelarnya dari siswa menjadi mahasiswa harus bersiap-siap menjadi seorang yang berbeda, sebab sesungguhnya kehidupan siswa dengan mahasiswa sungguh sangat berbeda tuntutannya.
Kemuliaan dan kegunaan seseorang tidak dapat disimpulkan apa yang sedang dia kerjakan saja, tetapi juga dari apa yang dia harapkan di masa depan. Begitulah seumpama seorang mahasiswa, apabila ia meyakini bahwa dirinya penting dan berguna, dan keyakinan itu telah berakar ke dalam jiwa, hati, dan ruh mahasiswa. Maka  mereka selalu mencurahkan kemampuan terbaik, serta pada saat itulah panji harapan, masa depan, dan cita-cita dapat dikibarkan, karena generasi para pengukir kesuksesan telah siap ke lapangan.
Mahasiswa selalu dipandang  dengan kaum berpendidikan, intelektual, dan kompeten. Sebagai salah satu elemen elite masyarakat, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar pintar, namun juga peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, karakteristik mahasiswa yang berjiwa dinamis, keratif, serta inovatif juga menjadi gambaran mahasiswa idaman.
Dalam khazanah kegiatan mahasiswa, jarang  ditemui mahasiswa yang intelek sekaligus kreatif. Banyak mahasiswa yang hanya pintar dalam bidang akademis, tetapi tidak mampu menciptakan sesuatu yang baru sebagai aplikasi dari apa yang sudah diperolehnya selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Maka tidak mengherankan kalau perguruan tinggi (PT) yang setiap tahunnya melahirkan sarjana-sarjana ber-IPK di atas 3,0 namun tak dapat berkompetisi di lapangan. Ini dapat dilihat dengan semakin bertambahnya jumlah pengangguran dari kalangan sarjana. Mereka tidak mampu bersaing untuk mendapatkan tempat pekerjaan. Dari itulah perlunya mencetak mahasiswa untuk mampu menjadi mahasiswa yang tidak hanya 3DP (Datang Duduk Diam Pulang) atau sebutan lainnya yaitu mahasiswa 5K (Kos, Kampus, Kelas, Kantin, Kampung).
 Timbulnya masalah-masalah yang muncul kepermukaan dalam kehidupan mahasiswa, seharusnya mahasiswa mendobrak suatu ide untuk memecahkan masalah apa yang telah muncul. Nah disinilah suatu keharusan bahwa mahasiswa haruslah kreatif.  Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap sesuatu. Ia selalu memiliki gagasan atau ide-ide baru yang menarik. Di tangannya, sebuah kertas polos yang amat sederhana pun dapat di sulap menjadi sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai jual.

Kreatifitas Mahasiswa Ada Pada Penanya
           
Kreatifitas mahasiswa ada di pena mahasiswa. Ungkapan ini dimaksudkan, kreatifitas mahasiswa dapat disalurkan dengan menulis. Mahasiwa dituntut untuk menulis, menyampaikan ide-ide atau gagasannya dalam observasi di lingkungannya. Dengan menulis ia dapat mengembangkan suatu pemecahan masalah yang mungkin belum terpikirkan oleh seseorang.
            Telah kita lihat beberapa kreatifitas itu sudah mengakar beberapa mahasiswa di kota Medan, mereka mengukir nama mereka dengan menyampaikan opini dan artikelnya dibeberapa surat kabar. Dengan begitu mereka sebenarnya sudah memberikan sumbangan kepada masyarakat bahwa mahasiswa tidak diam bila ada masalah yang terjadi di Negara ini. 
Dalam penyaluran kretifitas mahasiswa, Setiap Universitas telah menyediakan sarana Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berfungsi sebagai penampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa, pelaksanaan kegiatan mahasiswa, komunikasi antar mahasiswa, pengembangan potensi jati diri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuan dan intelektual yang berguna di masa depan (diambil dari buku pedoman tahun akademik 2010-2011 Unimed). Dengan mengikuti kegiatan organisasi dilingkungan akademik, mahasiswa tidak hanya mendapatkan sarana tetapi juga keluarga baru. Dalam suatu organisasi biasanya membentuk suatu komitmen yaitu organisasi adalah keluarga kedua setelah keluarga satu darah daging. Hal lain, tumbuhnya benih-benih kasih sayang antar setiap anggota. Saling memiliki dan menyayangi menjadi dasar kekerabatan serta saling memotivasi di setiap anggota kelompok.
 Tentulah munculnya fenomena ini memperlihatkan adanya kebangkitan kreatifitas pada mahasiswa. Kesadaran akan betapa berharga dan bermanfaatnya perbedaan yang ada antar individu, kelompok, dan golongan lalu bekerja berdasarkan perbedaan tersebut untuk memperkaya dan memperindah kehidupan, serta mengukuhkan rasa saling mempercayai dan saling menolong. Fungsi  lain organisasi adalah tempat suka dan duka mahasiswa, manusia seringkali mengalami krisis mental, sehingga membutuhkan orang lain sebagai tempat untuk mencurahkan kedukaan dan keluh kesahnya. Apalagi adanya sekelompok orang petinggi di seputar kampus telah mengapresiasi secara positif hingga mereka secara konsisten melakukan aktifitas kelompok. Tidak hanya membangun kekerabatan dan kasih sayang saja, tapi juga menciptakan sebuah prestasi dan  membanggakan kampus di masyarakat luar, serta membangkitkan sebuah nama atau logo universitas untuk menjadi universitas favorit di lingkungan masyarakat.
Mahasiswa juga merupakan aset negara  dimana mahasiswa adalah kader-kader bangsa yang harus dibina dan dikembangkan potensinya dalam melanjutkan pembangunan nasional. Kuliah sambil bekerja juga merupakan ikon terbaru dikalangan mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan kemandirian dan kreatifitas. Sudah banyak mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dengan berwirausaha dikalangan kampus atau di luar kampus yang biasa disebut dunia bisnis, atau menjadi tenaga kerja part-time.  Mahasiswa juga harus jeli menangkap peluang yang ada di sekitarnya agar dapat mengembangkan keterampilan (life skill) yang dimilikinya.


            Mahasiswa Juga Berpikir Untuk Menjadi Pengusaha

 Bagi seorang mahasiswa, mengenal dunia bisnis akan semakin mengasah mental bisnisnya serta semakin jeli melihat peluang-peluang yang ada di sekitarnya. Mahasiswa yang kreatif, akan lebih memilih berfikir dengan memaksimalkan fungsi otak, guna meraih apa yang diinginkannya. Mengenal dunia kerja lebih dini juga membuat mahasiswa mampu berkompetisi saat berada pada kenyataan di lapangan. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan mempermudah mereka menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang. Kreatifitas yang akan lahir dari keterampilan itu juga akan semakin lengkap, dengan demikian masalah pengangguran yang selalu dialami oleh para sarjana-sarjana muda, karena sedikitnya lahan pekerjaan. Sebab, mereka sudah mampu melirik peluang bisnis untuk menciptakan lapangan baru. Karakter tidak bisa dengan diam-diam, hanya melalui cobaan dan penderitaanlah jiwa bisa di perkuat, visi diperjelas, ambisi di bangkitkan dan kesuksesan diraih (Hellen Keller).

           Namun demikian setiap mahasiswa haruslah memupuk suatu visi masa depan hidupnya yang telah terpatri didada, maka dengan demikian visi itu akan mengalir bersama darahnya dan membuatnya memiliki cakrawala yang luas. Sebab kekuatan visi adalah kekuatan yang luar biasa. Sebagai kesimpulan, apabila mahasiswa tidak memiliki pandangan yang menembus masa depan, maka akan banyak kehilangan kemampuan. Tubuh dan akal kita telah dijalari virus-virus yang mematikan, sehingga hanya dapat berpikir bagaimana caranya menebar benih pada hari ini, memanennya esok hari, dan memakannya esok lusa. Sehingga sebagai mahasiswa harus mampu berpikir dan memprediksi semua kemungkinan yang akan terjadi pada masa depannya dan lingkungan sekitarnya.
           


 


1 komentar

Pertunjukan Puisi, Sebuah Teater Mini

Winda Sriana

Puisi, kata ini mungkin tak bisa hilang dari para penulis muda. Karena puisi adalah titik awal orang-orang yang terkenal di negeri ini dalam bidang sastra tentunya. Sebut saja sastrawan Indonesia Chairil Anwar. Kepiawaian tangannya melahirkan kata-kata yang bombastis, menyihir setiap pembaca, menghanyutkan pikiran, adalah kesuksesan terbesarnya di seantereo negeri. Yah, ini hanya pembuka yang garing untuk melanjutkan pembahasan kita. Tapi, dari hal ini pula banyak para penikmat sastra yang merasa rugi apabila hanya mengkonsumsi atau membacanya sendiri. Maka adapula pembacaan puisi oleh penikmat sastra, dan membacanya sendiri juga kurang memuaskan hati mereka hingga mereka membaca teks puisi dengan beberapa orang
Menurut penulis ada dua hal yang dilahirkan dari pertunjukkan puisi yaitu, Dramatisasi puisi dan fragmentasi puisi. Istilah dramatisasi puisi, Puisi yang dijadikan teks pertunjukan adalah tradisi yang cukup lama dikenal, merupakan pengembangan kreatif dari tradisi membaca puisi, kemudian dikenal pula tradisi deklamasi dan akhirnya munculah dramatisasi puisi; yang ditahun 70-an masih dilakukan dengan pola satu orang membaca utuh puisi itu lalu beberapa kata yang dianggap menyangatkan dalam puisi itu, yang dianggap memberi aksen dramatic dibacakan oleh beberapa orang lain secara serempak bahkan berulang-ulang: puisi yang laris saat itu dijadikan 'baca puisi bersama' adalah karya-karya chairil anwar, seperti Diponogoro, Aku ; atau puisi-puisi yang memiliki pesan kuat mengenai gugahan perjuangan.




Kehadiran Dramatisasi Puisi, Mengembalikan Ruh Kemerdekaan
 (waaaw! bisa di contoh untuk mengembalikan Ruh semangat ngerjain tugas!)
Bibit Dramatisasi awalnya muncul dihari-hari kemerdekaan, biasanya menjelang upacara puncak Tujuh Belas Agustus; sekelompok orang bersikap sebagai pejuang dengan bambu runcingnya dipandu dengan pembacaan puisi, maka gemuruh di lapangan seakan menjadi situasi peperangan para pejuang kemerdekaan yang ‘endingnya’ adalah teriakan merdeka! Merdeka! Saat itu tidak disebut sebagai dramatisasi puisi; dalam judul acara biasanya disebut sebagai deklamasi puisi kemerdekaan. Dalam prosesnya kemudian muncul kritik terhadap kegiatan semacam itu, khususnya mengenai keutuhan puisi itu sebagai puisi, sebab dalam konteks seperti model pertunjukan itu seringkali pembacaan puisi hanya terkesan sebagai latar belakang bahkan kadang hanya sebagai tempelan semata. Keagungan pembacaan puisi jelas terganggu bahkan tujuan pembacaan puisi serta puisi itu sendiri mengalami kegegaran.
Pembacaan puisi apapun bentuknya; apakah poetry reading artinya teks dibaca, dan si pembaca masih memegang teks, disyarati dengan syarat puisi itu harus utuh sebagai puisi. Sebab penambahan, pengulangan kata, kalimat, atau wilayah improvisasi itu tidaklah boleh mengubah makna puisi itu, yang memang akan berubah ketika ada penambahan kata atau penekanan yang berulang-ulang pada suatu kata ataukah kalimat yang diucapkan diluar kata sebagai tulisan! Deklamasi pun demikian, daya hapal sang pembaca dengan dasar penghayatan yang kuat tetap ditentukan kepiawaiannya jika puisi itu tetap utuh dibacakan. Puisi dalam tradisi dan strukturnya memang kekuatannya adalah pada pencapaian sublimasinya. Karena itulah kemudian, proses kreatif yang berkembang, yang menjadikan puisi beranekaragam dalam jenis membacanya.
Perlunya Daya Tafsir
            Daya tafsir terhadap puisi itu; yakni menyelami sekiranya apa yang dikisahkan oleh suatu puisi, memang kerap tergantung kepada jenis puisi itu sendiri. Puisi yang sifatnya terbuka (ekstrovert); memberi jelajah yang kuat bagi seseorang untuk membayangkan apa sesungguhnya cerita yang dikisahkan oleh puisi itu sendiri. Daya tafsir inilah yang akan dijadikan pola bahkan struktur pengadegan dalam proses dramatisasi. Sedang isi puisi sebagai teks dapat dijadikan prolog, atau dibacakan dalam fase puncak kisah. Proses prosaic dari puisi ke narasi inilah yang menyebabkan kelahiran model drama puitik, salah satu jenis drama yang sangat populer di eropa pada era abad 18-an. Irama dialog dalam dramatisasi puisi pun akan didasarkan pada gaya pembacaan puisi, selalu dalam tarikan suara yang panjang dan lebih dramatic dibandingkan dengan dialog dalam pementasan drama yang lain. Kecirian puisi tidaklah lebur, habis total disebabkan karena telah menjadi drama; sebagai kisah yang dipertunjukan, namun semestinya terjadi penguatan, daya cekam makna terhadap puisi itu menjadi semakin kuat.
Pembahasan lain adalah mengenai durasi pertunjukan dramatisasi, jawabannya adalah tergantung panjang pendeknya sang puisi atau daya tafsir dari yang melakukan proses prosaic, menuju naskah dramanya. Jika memilih puisi balada pastilah akan lebih panjang dibandingkan memilih sebuah puisi pendek. Namun puisi pendek dengan daya tafsir yang kuat bisa juga melahirkan durasi yang panjang dalam proses dramatisasinya. Pada tahap pertunjukan, apapun itu batasan pertunjukan ketika puisi itu menjadi seni pertunjukan tetap mengikuti tata krama pemanggungan.
Jadi, Bagaimana dengan Fragmentasi Puisi ?
Fragmen adalah tayangan pendek berdurasi 15-30 menit dengan kisah-kisah yang sederhana. Secara leksikal itu diartikan sebagai potongan, singkatan atau bagian dari keutuhan. Ketika puisi diproses menjadi fragmentasi puisi, disinilah kebingungan dimulai; sebab keduanya seolah-olah sama-sama singkat. Jelasnya, puisi memang nampak sebagai tulisan singkat dan padat namun dalam proses pemahamannya tidaklah singkat, kerap puisi memerlukan daya pemahaman yang lebih lama dibandingkan memahami jenis tulisan lainnya.
Lalu apakah bedanya fragmentasi dengan dramatisasi puisi? Jawabannya sederhana; kesamaannya adalah keduanya telah mendasarkan dirinya kepada puisi, yang memerlukan pertanggungjawaban ketika melakukan pembacaannya yakni keutuhan pada sublimasinya, sejauh apapun keliaran, improvisasi tetaplah puisi itu dibatasi oleh struktur dan pilihan katanya yang sudah menjadi rima dan maknanya sendiri. Perbedaannya, bahwa dramatisasi puisi akan lebih mensyarati proses itu pada lahirnya jenis drama puitik, yang durasinya tergantung dengan daya tafsir. Sedangkan fragmentasi memberi pilahan yang lebih pada proses narasi teks naskahnya yakni saat mempola menjadi seni pertunjukan mesti lebih simbolik, lebih pada bentuk bagaimana model tata krama pemanggungannya pada pertunjukan yang simbolik: semisal itu kisah burung, burungkah yang akan dipertunjukan atau berpura-pura sebagai burung? Fragmentasi bisa juga menjadi pengekstrakan proses penulisan naskahnya, namun tetap keutuhan puisi itu sebagai puisi harus terjaga.
Akhirnya, jika memang berpihak pada proses kreatif; maka bekalnya ketika memilih kedua hal ini; dramatisasi ataukah fragmentasi adalah paham benar akan tradisi pembacaan puisi, kemudian paham benar mengenai tata krama pemanggungan drama. Sebab apapun itu dalam proses estetika; tetap ukuran dan takarannya adalah kebenaran pengetahuan mengenai dua bidang itu, yaitu drama dengan tata krama pemanggungan serta puisi dengan tradisi penulisan dan pembacaannya.
0 komentar