This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Puisi, 29 Agustus 2012

lelaki dimatikan bola
Winda Sriana

Atap-atap bergemuruh
altar terinjak kepedihan
meratap murung keriuhan suara-suara ganas
awan mulai murka
telah menyaksikan kebinatangan makhluk
sekali lagi Negara ini perih
merintikkan berjuta hati yang kalut
menangis tertahan desah
hanya nestapa menuai duka
telah mati
lelaki penonton bola senja itu
Sketsa Kontan, Juni 2012

Perempuan itu
Winda Sriana

Perempuan itu terjaga, tergari dalam besi kepapaan
gelora air mata masih menetes tanpa intruksi
tanpa kekuatan untuk tertahan

perempuan itu, memikul berat beban prahara
jikalaupun amunisi ada dalam tengkuknya
pelatuk tak segan mengoyak kulit itu
kulit yang berbau apek  amis alkhohol

malam semakin membuatnya buyar dalam lamunan
melenting sendu tangis di tepi trotoar
kezaliman lenyap sudah

perempuan itu, hilang akal, hilang rupa
histeris melawan kehidupan
jalanan pun seolah menepi ketika ia melaju lari inilah perempuan itu, yang opininya hanya menggantung di langit demokrasi
Sketsa Kontan, Juni 2012

Bicara
Winda Sriana

Telah kutanam sebingkai resah
dalam Kealpaan duka dupa
pada gurun yang teramat menyita dahaga
yang membuatku merasakan gaduh persoalan
menata kelelahan jiwa
lalu, sebelum mentari mengucapkan pisah pada bumi
ku siapkan dipan, untukmu
agar kau nyaman merebah hangat
di setiap sisi hati
setelah itu pulanglah seperti semula
Sketsa Kontan, Juni 2012

Seraut Wajah
Winda Sriana
 
Mata nanar telah mengusik malam di balik selembaran daun
begitu tajam, hingga menyayat robek jiwa yang melihat

itu seraut wajah terluka, di khianati
tatkala ketika ia labuhkan tubuhnya ke dermaga maut

dingin shubuh menggidik kulit ranum yang memerah
semakin beku, ketika angin mendayu lembut menerpa lusuh
kemudian terombang-ambing memaknai perih

biarlah, mungkin itu jalan terbaiknya..
Sketsa Kontan, Juni 2012

Rindu Bosan
Winda Sriana

Setangkup kegentingan memburuk sudah
hilang rupa bagai  laron merangkai gusar
cukuplah aku menimbang pandai tentang  ingatan

kenangan bosan seolah hadir
menyembuhkan gemuruh hampa tanpa beban
inilah keadaan hati yang sulit terbaca
walau sepenggal kisah itu menjenuhkan
Sketsa Kontan, Juni 2012



http://www.analisadaily.com/news/read/2012/08/29/70928/menjamu_rindu_di_persimpangan_senja/#.UD-k8aDXRJE
0 komentar