Ketika Sembilan Wajah Menemani
Oleh: Winda Sriana
Sudah 24 jam sembilan wajah menemaniku
tujuan belum juga sampai
entah berapa kali ku mengeja keluh mereka
sepenggal tanya, bagaimana wajahku?
mungkin pertanyaan itu hanya menggantung di akar abadi
masih ku dengar pula deru nafas pada percakapan asing di bulir-bulir kesah
tapi, tiba-tiba sebutir senyum renyah terpantul di liukan terjal perbukitan
entah senyum siapa itu
aku tak perduli !
sudah 27 jam sembilan wajah menemaniku
tujuan belum juga sampai
batinku mengumpulkan tanya, apakah kami selamat ?
sungguh, aku tak sengaja menjerat sembilu
ketika petaka menjadi bangkai tulang belulang
satu hingga sempuluh ; menasbihkan riwayat raung kepedihan
ah, mungkin pikiranku sudah pucat pasih
semakin dalam pula tertikam khayal mengerikan
sudah 31 jam sembilan wajah menemaniku
tujuan sudah hilang dari harapan
bumi kian berwarna gelap
badai melarikan kunang-kunang
genderang tangis hanya terdengar di akar hati
satu hingga sepuluh ; berselimut semangat dan kebersamaan
menggigil di bawah rimbunan pedih ngilu
sudah 41 jam sembilan wajah menemaniku
tujuan hidup menjadi harapan
bergumul waktu menjamah rindu
tentang wajah Ibu dan Ayah meritualkan air mata
“Hati-hati ya Nak!” Petuahnya.
Hingga akhirnya tubuh menjelma harimau
Menembus rimba 54 menjemput nyawa yang tinggal setengah
Deli, Kemana Engkau Bermuara
winda sriana
Riwayat yang telah mengikis kisah-kisah
Negara Soumatera Timur, itulah nama negeri kami
dengan hiruk pikuk suara lantang berdegum keras
hingga berlayar ke seluruh dunia
Deli, menjadi saksi bisu sepanjang zaman
Datuk-datuk entah kemana pergi
petuahpun melanglang buana bersama angin
menyusut di barisan pesisir melaka
hinggaplah segala putus asa
dulu, negeri ini penuh kuasa
milik raja-raja sultan yang arif berkuasa
rakyat cinta sesama
tiada hina menghujat ke akar manusia
tapi, itu negeri kami dulu
kini, hanyalah negeri boneka yang dimainkan negeri pusat
entah kemana negeri kami
Negara Soumatera Timur berpijak tegak di tanah sendiri
tanah Deli
tanah yang melahirkan kebudayaan negeri kami
tanah yang melahirkan keindahan negeri kami
tanah yang melahirkan rakyat kami
tanah yang akhirnya menghilangkan jati diri kami.
0 komentar:
Posting Komentar