Sepanjang jalan belum menemu tepian.
Desingan peluru duka masih setia meratap jiwa dalam maklumat yang membara. Dan
membakar seluruh slogan yang bernama lara. Tentang luka, hal yang kuterjemahkan
pada kebencian, layaknya kebencian pada air comberan emperan kota. Inilah sebab
terlalu banyak melumat wasiat yang tak ada guna, yang telah merabunkan
peradapan masa depan, memecahkan alamat kejayaan.
Pergulatan yang menggelikan sedang
berlangsung pada warga kota, masih tentang rupa luka. Membiarkan matahari
membakar hasrat dan keinginan. Serta mengusap kekakuan yang sempoyongan,
tetap menimbang kibar ratapan ini.
Dengan melepas dan merelakan kelopak bunga yang terjatuh pasrah. Alangkah
terbaiknya jika berenang terbang pada
lengkungan senja yang indah sore hari. Mengabaikan tikus-tikus yang bergeliat
memburu waktu.
0 komentar:
Posting Komentar