This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Mengasah Samurai dalam Kreatifitas Mahasiswa

Oleh : Winda Sriana
          Secara harfiah, ’mahasiswa’ terdiri dari dua kata, yaitu ’maha’ yang berarti tinggi dan ’siswa’ yang menurut Bobbi de Porter berarti subyek pembelajar. Jadi dari segi bahasa ’mahasiswa’ diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/universitas.
Tetapi jika mahasiswa diartikan sebagai subyek pembelajar saja, sangatlah sempit pemikiran kita, karena mahasiswa juga memiliki peran-fungsinya. Mahasiswa adalah pembelajar yang tidak cuma duduk di bangku kuliah, mendengarkan kuliah dosen, mengerjakan tugas, pulang, kemudian mengikuti ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Lalu mengajukan Tugas Akhir dan akhirnya lulus. Namun mahasiswa dituntut untuk menjadi pelopor perjuangan dan ikon pembaharu yang tanggap terhadap permasalahan sosial dan negara.
 


Menurut Al Ghazali, ilmiah (berasal dari bahasa arab ‘ilmy) dimaknai sebagai suatu kebenaran aqly (bersifat akal) yang lebih tinggi sifatnya dari dua tingkat pengetahuan dibawahnya. Dua pengetahuan di bawahnya yaitu pertama adalah pengetahuan taklidy (otoriter, bersifat pedagogis). Tingkat pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan inderawi, yaitu pengetahuan yang dapat dijelaskan dengan bantuan/pembuktian panca indera.
 Kampus yang Ilmiah adalah adalah kampus yang dalam segala halnya lebih mengedepankan pemahaman/pengertian yang objektif tentang sesuatu hal yang bersifat logis (dapat diterima oleh akal/rasio/penalaran/pikiran).
Apalagi saat ini berbondong-bondong lulusan SMA sederajat berperang untuk dapat lulus ke universitas yang ia dambakan. Segala jalur ia tempuh, baik melalui SNMPTN, UMB, Bidik Misi, Ekstensi dan lainnya. Tahun demi tahun masyarakat kita sadar bahwa pendidikan yang lebih tinggi saat ini sangat di tuntut agar ia menjadi orang yang sukses. Apalagi rumor bahwa lulusan SMA tidak laku dijual di perusahaan yang membutuhkan tenaga di perusahaannya. Muncullah semangat di tengah masyarakat yang mampu hingga tidak mampu memaksakan diri agar anaknya harus menjadi sarjana hingga menjadi orang yang dapat mengubah nasib keluarga.  Dari hal itu dapat kita lihat peningkatan jumlah peserta ujian masuk perguruan tinggi semakin melejit ke atas. Dan di tambah lagi banyaknya akademi-akademi yang membuka program D1 hingga S1 yang lokasi kegiatan belajarnya di ruko-ruko pinggir jalan kota Medan.
 Hal  itu pula akan melahirkan sarjana-sarjana muda yang belum tahu apakah ia siap atau tidak untuk langsung terjun ke lapangan. Persaingan yang semakin ketat di tambah kurangnya pengalaman dan Kreatifitas yang dimiliki membuat mereka kalah dalam pertarungan selanjutnya. Dari itu mahasiswa seharusnya menunjukkan kreatifitas sebagai seorang mahasiswa. Dan bagi mahasiswa baru yang akan mengganti gelarnya dari siswa menjadi mahasiswa harus bersiap-siap menjadi seorang yang berbeda, sebab sesungguhnya kehidupan siswa dengan mahasiswa sungguh sangat berbeda tuntutannya.
Kemuliaan dan kegunaan seseorang tidak dapat disimpulkan apa yang sedang dia kerjakan saja, tetapi juga dari apa yang dia harapkan di masa depan. Begitulah seumpama seorang mahasiswa, apabila ia meyakini bahwa dirinya penting dan berguna, dan keyakinan itu telah berakar ke dalam jiwa, hati, dan ruh mahasiswa. Maka  mereka selalu mencurahkan kemampuan terbaik, serta pada saat itulah panji harapan, masa depan, dan cita-cita dapat dikibarkan, karena generasi para pengukir kesuksesan telah siap ke lapangan.
Mahasiswa selalu dipandang  dengan kaum berpendidikan, intelektual, dan kompeten. Sebagai salah satu elemen elite masyarakat, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar pintar, namun juga peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, karakteristik mahasiswa yang berjiwa dinamis, keratif, serta inovatif juga menjadi gambaran mahasiswa idaman.
Dalam khazanah kegiatan mahasiswa, jarang  ditemui mahasiswa yang intelek sekaligus kreatif. Banyak mahasiswa yang hanya pintar dalam bidang akademis, tetapi tidak mampu menciptakan sesuatu yang baru sebagai aplikasi dari apa yang sudah diperolehnya selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Maka tidak mengherankan kalau perguruan tinggi (PT) yang setiap tahunnya melahirkan sarjana-sarjana ber-IPK di atas 3,0 namun tak dapat berkompetisi di lapangan. Ini dapat dilihat dengan semakin bertambahnya jumlah pengangguran dari kalangan sarjana. Mereka tidak mampu bersaing untuk mendapatkan tempat pekerjaan. Dari itulah perlunya mencetak mahasiswa untuk mampu menjadi mahasiswa yang tidak hanya 3DP (Datang Duduk Diam Pulang) atau sebutan lainnya yaitu mahasiswa 5K (Kos, Kampus, Kelas, Kantin, Kampung).
 Timbulnya masalah-masalah yang muncul kepermukaan dalam kehidupan mahasiswa, seharusnya mahasiswa mendobrak suatu ide untuk memecahkan masalah apa yang telah muncul. Nah disinilah suatu keharusan bahwa mahasiswa haruslah kreatif.  Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap sesuatu. Ia selalu memiliki gagasan atau ide-ide baru yang menarik. Di tangannya, sebuah kertas polos yang amat sederhana pun dapat di sulap menjadi sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai jual.

Kreatifitas Mahasiswa Ada Pada Penanya
           
Kreatifitas mahasiswa ada di pena mahasiswa. Ungkapan ini dimaksudkan, kreatifitas mahasiswa dapat disalurkan dengan menulis. Mahasiwa dituntut untuk menulis, menyampaikan ide-ide atau gagasannya dalam observasi di lingkungannya. Dengan menulis ia dapat mengembangkan suatu pemecahan masalah yang mungkin belum terpikirkan oleh seseorang.
            Telah kita lihat beberapa kreatifitas itu sudah mengakar beberapa mahasiswa di kota Medan, mereka mengukir nama mereka dengan menyampaikan opini dan artikelnya dibeberapa surat kabar. Dengan begitu mereka sebenarnya sudah memberikan sumbangan kepada masyarakat bahwa mahasiswa tidak diam bila ada masalah yang terjadi di Negara ini. 
Dalam penyaluran kretifitas mahasiswa, Setiap Universitas telah menyediakan sarana Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berfungsi sebagai penampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa, pelaksanaan kegiatan mahasiswa, komunikasi antar mahasiswa, pengembangan potensi jati diri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuan dan intelektual yang berguna di masa depan (diambil dari buku pedoman tahun akademik 2010-2011 Unimed). Dengan mengikuti kegiatan organisasi dilingkungan akademik, mahasiswa tidak hanya mendapatkan sarana tetapi juga keluarga baru. Dalam suatu organisasi biasanya membentuk suatu komitmen yaitu organisasi adalah keluarga kedua setelah keluarga satu darah daging. Hal lain, tumbuhnya benih-benih kasih sayang antar setiap anggota. Saling memiliki dan menyayangi menjadi dasar kekerabatan serta saling memotivasi di setiap anggota kelompok.
 Tentulah munculnya fenomena ini memperlihatkan adanya kebangkitan kreatifitas pada mahasiswa. Kesadaran akan betapa berharga dan bermanfaatnya perbedaan yang ada antar individu, kelompok, dan golongan lalu bekerja berdasarkan perbedaan tersebut untuk memperkaya dan memperindah kehidupan, serta mengukuhkan rasa saling mempercayai dan saling menolong. Fungsi  lain organisasi adalah tempat suka dan duka mahasiswa, manusia seringkali mengalami krisis mental, sehingga membutuhkan orang lain sebagai tempat untuk mencurahkan kedukaan dan keluh kesahnya. Apalagi adanya sekelompok orang petinggi di seputar kampus telah mengapresiasi secara positif hingga mereka secara konsisten melakukan aktifitas kelompok. Tidak hanya membangun kekerabatan dan kasih sayang saja, tapi juga menciptakan sebuah prestasi dan  membanggakan kampus di masyarakat luar, serta membangkitkan sebuah nama atau logo universitas untuk menjadi universitas favorit di lingkungan masyarakat.
Mahasiswa juga merupakan aset negara  dimana mahasiswa adalah kader-kader bangsa yang harus dibina dan dikembangkan potensinya dalam melanjutkan pembangunan nasional. Kuliah sambil bekerja juga merupakan ikon terbaru dikalangan mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan kemandirian dan kreatifitas. Sudah banyak mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dengan berwirausaha dikalangan kampus atau di luar kampus yang biasa disebut dunia bisnis, atau menjadi tenaga kerja part-time.  Mahasiswa juga harus jeli menangkap peluang yang ada di sekitarnya agar dapat mengembangkan keterampilan (life skill) yang dimilikinya.


            Mahasiswa Juga Berpikir Untuk Menjadi Pengusaha

 Bagi seorang mahasiswa, mengenal dunia bisnis akan semakin mengasah mental bisnisnya serta semakin jeli melihat peluang-peluang yang ada di sekitarnya. Mahasiswa yang kreatif, akan lebih memilih berfikir dengan memaksimalkan fungsi otak, guna meraih apa yang diinginkannya. Mengenal dunia kerja lebih dini juga membuat mahasiswa mampu berkompetisi saat berada pada kenyataan di lapangan. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan mempermudah mereka menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang. Kreatifitas yang akan lahir dari keterampilan itu juga akan semakin lengkap, dengan demikian masalah pengangguran yang selalu dialami oleh para sarjana-sarjana muda, karena sedikitnya lahan pekerjaan. Sebab, mereka sudah mampu melirik peluang bisnis untuk menciptakan lapangan baru. Karakter tidak bisa dengan diam-diam, hanya melalui cobaan dan penderitaanlah jiwa bisa di perkuat, visi diperjelas, ambisi di bangkitkan dan kesuksesan diraih (Hellen Keller).

           Namun demikian setiap mahasiswa haruslah memupuk suatu visi masa depan hidupnya yang telah terpatri didada, maka dengan demikian visi itu akan mengalir bersama darahnya dan membuatnya memiliki cakrawala yang luas. Sebab kekuatan visi adalah kekuatan yang luar biasa. Sebagai kesimpulan, apabila mahasiswa tidak memiliki pandangan yang menembus masa depan, maka akan banyak kehilangan kemampuan. Tubuh dan akal kita telah dijalari virus-virus yang mematikan, sehingga hanya dapat berpikir bagaimana caranya menebar benih pada hari ini, memanennya esok hari, dan memakannya esok lusa. Sehingga sebagai mahasiswa harus mampu berpikir dan memprediksi semua kemungkinan yang akan terjadi pada masa depannya dan lingkungan sekitarnya.
          Kehidupan Masyarakat Ilmiah

Menurut Al Ghazali, ilmiah (berasal dari bahasa arab ‘ilmy) dimaknai sebagai suatu kebenaran aqly (bersifat akal) yang lebih tinggi sifatnya dari dua tingkat pengetahuan dibawahnya. Dua pengetahuan di bawahnya yaitu pertama adalah pengetahuan taklidy (otoriter, bersifat pedagogis). Tingkat pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan inderawi, yaitu pengetahuan yang dapat dijelaskan dengan bantuan/pembuktian panca indera.
 Kampus yang Ilmiah adalah adalah kampus yang dalam segala halnya lebih mengedepankan pemahaman/pengertian yang objektif tentang sesuatu hal yang bersifat logis (dapat diterima oleh akal/rasio/penalaran/pikiran).
Apalagi saat ini berbondong-bondong lulusan SMA sederajat berperang untuk dapat lulus ke universitas yang ia dambakan. Segala jalur ia tempuh, baik melalui SNMPTN, UMB, Bidik Misi, Ekstensi dan lainnya. Tahun demi tahun masyarakat kita sadar bahwa pendidikan yang lebih tinggi saat ini sangat di tuntut agar ia menjadi orang yang sukses. Apalagi rumor bahwa lulusan SMA tidak laku dijual di perusahaan yang membutuhkan tenaga di perusahaannya. Muncullah semangat di tengah masyarakat yang mampu hingga tidak mampu memaksakan diri agar anaknya harus menjadi sarjana hingga menjadi orang yang dapat mengubah nasib keluarga.  Dari hal itu dapat kita lihat peningkatan jumlah peserta ujian masuk perguruan tinggi semakin melejit ke atas. Dan di tambah lagi banyaknya akademi-akademi yang membuka program D1 hingga S1 yang lokasi kegiatan belajarnya di ruko-ruko pinggir jalan kota Medan.
 Hal  itu pula akan melahirkan sarjana-sarjana muda yang belum tahu apakah ia siap atau tidak untuk langsung terjun ke lapangan. Persaingan yang semakin ketat di tambah kurangnya pengalaman dan Kreatifitas yang dimiliki membuat mereka kalah dalam pertarungan selanjutnya. Dari itu mahasiswa seharusnya menunjukkan kreatifitas sebagai seorang mahasiswa. Dan bagi mahasiswa baru yang akan mengganti gelarnya dari siswa menjadi mahasiswa harus bersiap-siap menjadi seorang yang berbeda, sebab sesungguhnya kehidupan siswa dengan mahasiswa sungguh sangat berbeda tuntutannya.
Kemuliaan dan kegunaan seseorang tidak dapat disimpulkan apa yang sedang dia kerjakan saja, tetapi juga dari apa yang dia harapkan di masa depan. Begitulah seumpama seorang mahasiswa, apabila ia meyakini bahwa dirinya penting dan berguna, dan keyakinan itu telah berakar ke dalam jiwa, hati, dan ruh mahasiswa. Maka  mereka selalu mencurahkan kemampuan terbaik, serta pada saat itulah panji harapan, masa depan, dan cita-cita dapat dikibarkan, karena generasi para pengukir kesuksesan telah siap ke lapangan.
Mahasiswa selalu dipandang  dengan kaum berpendidikan, intelektual, dan kompeten. Sebagai salah satu elemen elite masyarakat, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar pintar, namun juga peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, karakteristik mahasiswa yang berjiwa dinamis, keratif, serta inovatif juga menjadi gambaran mahasiswa idaman.
Dalam khazanah kegiatan mahasiswa, jarang  ditemui mahasiswa yang intelek sekaligus kreatif. Banyak mahasiswa yang hanya pintar dalam bidang akademis, tetapi tidak mampu menciptakan sesuatu yang baru sebagai aplikasi dari apa yang sudah diperolehnya selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Maka tidak mengherankan kalau perguruan tinggi (PT) yang setiap tahunnya melahirkan sarjana-sarjana ber-IPK di atas 3,0 namun tak dapat berkompetisi di lapangan. Ini dapat dilihat dengan semakin bertambahnya jumlah pengangguran dari kalangan sarjana. Mereka tidak mampu bersaing untuk mendapatkan tempat pekerjaan. Dari itulah perlunya mencetak mahasiswa untuk mampu menjadi mahasiswa yang tidak hanya 3DP (Datang Duduk Diam Pulang) atau sebutan lainnya yaitu mahasiswa 5K (Kos, Kampus, Kelas, Kantin, Kampung).
 Timbulnya masalah-masalah yang muncul kepermukaan dalam kehidupan mahasiswa, seharusnya mahasiswa mendobrak suatu ide untuk memecahkan masalah apa yang telah muncul. Nah disinilah suatu keharusan bahwa mahasiswa haruslah kreatif.  Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap sesuatu. Ia selalu memiliki gagasan atau ide-ide baru yang menarik. Di tangannya, sebuah kertas polos yang amat sederhana pun dapat di sulap menjadi sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai jual.

Kreatifitas Mahasiswa Ada Pada Penanya
           
Kreatifitas mahasiswa ada di pena mahasiswa. Ungkapan ini dimaksudkan, kreatifitas mahasiswa dapat disalurkan dengan menulis. Mahasiwa dituntut untuk menulis, menyampaikan ide-ide atau gagasannya dalam observasi di lingkungannya. Dengan menulis ia dapat mengembangkan suatu pemecahan masalah yang mungkin belum terpikirkan oleh seseorang.
            Telah kita lihat beberapa kreatifitas itu sudah mengakar beberapa mahasiswa di kota Medan, mereka mengukir nama mereka dengan menyampaikan opini dan artikelnya dibeberapa surat kabar. Dengan begitu mereka sebenarnya sudah memberikan sumbangan kepada masyarakat bahwa mahasiswa tidak diam bila ada masalah yang terjadi di Negara ini. 
Dalam penyaluran kretifitas mahasiswa, Setiap Universitas telah menyediakan sarana Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berfungsi sebagai penampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa, pelaksanaan kegiatan mahasiswa, komunikasi antar mahasiswa, pengembangan potensi jati diri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuan dan intelektual yang berguna di masa depan (diambil dari buku pedoman tahun akademik 2010-2011 Unimed). Dengan mengikuti kegiatan organisasi dilingkungan akademik, mahasiswa tidak hanya mendapatkan sarana tetapi juga keluarga baru. Dalam suatu organisasi biasanya membentuk suatu komitmen yaitu organisasi adalah keluarga kedua setelah keluarga satu darah daging. Hal lain, tumbuhnya benih-benih kasih sayang antar setiap anggota. Saling memiliki dan menyayangi menjadi dasar kekerabatan serta saling memotivasi di setiap anggota kelompok.
 Tentulah munculnya fenomena ini memperlihatkan adanya kebangkitan kreatifitas pada mahasiswa. Kesadaran akan betapa berharga dan bermanfaatnya perbedaan yang ada antar individu, kelompok, dan golongan lalu bekerja berdasarkan perbedaan tersebut untuk memperkaya dan memperindah kehidupan, serta mengukuhkan rasa saling mempercayai dan saling menolong. Fungsi  lain organisasi adalah tempat suka dan duka mahasiswa, manusia seringkali mengalami krisis mental, sehingga membutuhkan orang lain sebagai tempat untuk mencurahkan kedukaan dan keluh kesahnya. Apalagi adanya sekelompok orang petinggi di seputar kampus telah mengapresiasi secara positif hingga mereka secara konsisten melakukan aktifitas kelompok. Tidak hanya membangun kekerabatan dan kasih sayang saja, tapi juga menciptakan sebuah prestasi dan  membanggakan kampus di masyarakat luar, serta membangkitkan sebuah nama atau logo universitas untuk menjadi universitas favorit di lingkungan masyarakat.
Mahasiswa juga merupakan aset negara  dimana mahasiswa adalah kader-kader bangsa yang harus dibina dan dikembangkan potensinya dalam melanjutkan pembangunan nasional. Kuliah sambil bekerja juga merupakan ikon terbaru dikalangan mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan kemandirian dan kreatifitas. Sudah banyak mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dengan berwirausaha dikalangan kampus atau di luar kampus yang biasa disebut dunia bisnis, atau menjadi tenaga kerja part-time.  Mahasiswa juga harus jeli menangkap peluang yang ada di sekitarnya agar dapat mengembangkan keterampilan (life skill) yang dimilikinya.


            Mahasiswa Juga Berpikir Untuk Menjadi Pengusaha

 Bagi seorang mahasiswa, mengenal dunia bisnis akan semakin mengasah mental bisnisnya serta semakin jeli melihat peluang-peluang yang ada di sekitarnya. Mahasiswa yang kreatif, akan lebih memilih berfikir dengan memaksimalkan fungsi otak, guna meraih apa yang diinginkannya. Mengenal dunia kerja lebih dini juga membuat mahasiswa mampu berkompetisi saat berada pada kenyataan di lapangan. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan mempermudah mereka menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang. Kreatifitas yang akan lahir dari keterampilan itu juga akan semakin lengkap, dengan demikian masalah pengangguran yang selalu dialami oleh para sarjana-sarjana muda, karena sedikitnya lahan pekerjaan. Sebab, mereka sudah mampu melirik peluang bisnis untuk menciptakan lapangan baru. Karakter tidak bisa dengan diam-diam, hanya melalui cobaan dan penderitaanlah jiwa bisa di perkuat, visi diperjelas, ambisi di bangkitkan dan kesuksesan diraih (Hellen Keller).

           Namun demikian setiap mahasiswa haruslah memupuk suatu visi masa depan hidupnya yang telah terpatri didada, maka dengan demikian visi itu akan mengalir bersama darahnya dan membuatnya memiliki cakrawala yang luas. Sebab kekuatan visi adalah kekuatan yang luar biasa. Sebagai kesimpulan, apabila mahasiswa tidak memiliki pandangan yang menembus masa depan, maka akan banyak kehilangan kemampuan. Tubuh dan akal kita telah dijalari virus-virus yang mematikan, sehingga hanya dapat berpikir bagaimana caranya menebar benih pada hari ini, memanennya esok hari, dan memakannya esok lusa. Sehingga sebagai mahasiswa harus mampu berpikir dan memprediksi semua kemungkinan yang akan terjadi pada masa depannya dan lingkungan sekitarnya.